YANG MULIA “YANG TERLUPAKAN”
Irsyadi, M.Ag
( Wakil Sekretaris PTA Palembang )
Hari
jumat tanggal 21 Februari 2014 tepatnya jam 19.50 WIB saya dengan Pansek PA
Palembang didampingi oleh Suyitno tenaga Honorer PTA Palembang pergi kerumah
Bapak Mukhsin Ashraf mantan Ketua Pengadilan Tinggi A
gama Palembang yang telah menjalani purnabakti/pensiun sejak tanggal 01 Juni 2012.
Kedatangan
ketempat beliau karena mendapat informasi dari tenaga honorer Suyitno bahwa
bapak Mukhsin Ashraf sedang sakit. Mendengar informasi itu, saya dengan Pansek PA Palembang kelas IA
langsung meluncur kerumah beliau untuk melihat kondisi sekalian
bersilaturrahmi, yang konon telah lebih satu minggu terbaring ditempat tidur.
Sempai
di grasi rumah kami lihat suana rumah hening dan ruang tamu gelap karena lampu
tidak nyala. Assaalamualaikum kami disahut oleh suara perempuan yang ternyata
anak beliau yang bernama Sundus Rahmati, SH. Hakim Pengadilan Agama Kayu Agung.
Dengan ramah anaknya mempersilahkan kami duduk sebentar untuk memberitahu
bapak. Dari ruang tamu kami mendengar suara agak parau dan helaan nafas agak
sangau diiringi beliau keluar dari kamar agak tertatih-tatih, namun dari rona
wajahnya memperlihatkan muka yang berseri-seri yang tidak memperlihatkan beliau
dalam kondisi sakit.
Beliau
langsung mengenali kami apalagi Hendriansyah, SH,MH, Pansek PA Palembang Kelas
IA yang ternyata adalah Wakil Sekretaris Pengadilan Tinggi agama Bengkulu dulu
yang diwaktu itu KPTA nya beliau sendiri. Yang uniknya beliau juga mengenali
saya seperti telah terjalin hubungan lama
padahal pertemuan dengan beliau baru yang kedua kali.
Obrolan
dalam suasana yang begitu ramah, lepas namun dari uraian dan kata-kata beliau
yang keluar begitu bernas dan bermakna membuat kami terpukau, terhenyak
diliputi suasana senang dan haru.
Kata
beliau;
“Sejak
saya menjadi KPTA Palembang sampai purnabakti hampir dikatakan setiap hari di
mesjid depan rumah ini, minimal saya mengimami shalat paling tidak dua kali
setidaknya magrib dengan subuh. Setelah selesai shalat subuh selalu saya
diminta memberikan kultum subuh karena apalah susahnya bagi kita orang
Peradilan Agama hanya untuk memberikan nasehat satu ayat atau satu hadist
karena itu sudah menjadi konsumsi kita sehari-hari. Namun ujian terberat itu
terasa menghunjam malah amat sulit memilah gejolak hati yang merintih, hiba,
galau dan kadang bercampur emosi yang tidak berjudul. Takkala menjalani kondisi
sakit seperti ini, tidak ada satu jamaah yang kita imami tadi yang selalu
mendapat pencerahan rohani setiap pagi tidak ada yang datang menyilau dan
melihat kita. Padahal rasanya sejak menjadi PNS sampai menjabat Ketua
Pengadilan Tinggi Agama rasanya yang masuk kedalam perut masih saya jaga
kehalalannya...berat...amat berat ujian ini memang..!!..imbuh beliau.
Dalam
hati saya bergumam apakah beliau karena seorang ulama menyampaikan dalam bahasa
kiasi dengan sangat halus sebagai sindiran dan tamparan buat kita warga
Peradilan Agama. Seolah-olah beliau dalam pandangan saya mengatakan sudah 36
tahun lebih saya abdikan diri saya di Pengadilan Agama dan sudah banyak
kader-kader yang saya rintis dan telah menjadi orang dan sudah lama pula
ukhuwah dibangun ibarat persahabatan langgeng dan abadi ternyata hanya semu dan
mybe jilatisme, lapuk oleh air dan lekang oleh panas. Tidak ada satupun mereka
yang datang, jangankan kondisi sakit seperti ini dalam kondisi lapang dan sehat
setelah memasuki masa pensiun tidak ada satupun puncak hidungnya yang datang
kesini. Ibarat raja singa yang sudah tua dan tidak bertaji lagi yang telah
dikalahkan generasi baru dan keluar dari kelompok tersebut meninggal dalam
kesendirian.
Beliau
melanjutkan kata-katanya; saya bermohon Tuhan semoga diberi kesehatan dan sabar
serta panjang umur untuk menyelesaikan studi S3 saya yang belum tuntas yang
seharusnya proposal sudah diajukan namun karena sakit jadinya tertunda
alhamdulillah kata beliau IPK-nya 3,75. Dalam hati saya juga terpukul diusianya
yang sudah 68 tahun masih tidak berhenti untuk menuntut ilmu dan dalam kondisi
sakit seperti itu masih tidak berhenti pula membaca dan mendalami ilmu.
Kemudian
dalam hati saya berdoa untuk kesembuhan beliau :
Allaahumma Robbannaasi adzhibil
ba’sa isyfi wa antasysyaafii laa syifaa a illaa syifaa-uka syifaa anla
yughoo-diru saqoman.
(
Ya Allah, Tuhan manusia.
Hilangkanlah seluruh penyakit. Sembuhkanlah ia, dan hanya Engkaulah Dzat Yang
Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu,
kesembuhan secara total tidak lagi dihinggapi penyakit”).
Pak
wasek imbuh beliau: tolong doakan saya; mendengar permintaan beliau tersebut
saya malu dan katakan” malu saya Pak...masa orang kecil kayak saya diminta
berdoa untuk seorang ulama, namun kata saya. Pak tadi dalam hati saya sudah
berdoa smoga bapak sembuh...langsung
beliau jawab...amin...amin...amin...
Suasana
mulai hidup ketika saya buka cerita bahwa keinginan saya berjumpa dengan beliau
sudah cukup lama malah keinginan itu muncul sejak saya masih dinas di
Pengadilan Tinggi Agama Padang oleh karena saya sangat menggandrungi dan
menyukai sekaligus hobbi dalam ‘Ilmu Falak” dan ini pula hikmahnya mungkin saya
hijrah / dimutasikan ke Palembang sehinga saya bisa bertemu dan menggali ilmu
falak langsung ke sumber aslinya karena walau saya tak pernah jumpa namun saya
tahu beliau salah satu tokoh pakar ilmu Falak yang dimiliki oleh Badilag.
Pendek
cerita akhirnya terjadi diskusi yang panjang sampai jam 22.00 wib dan anehnya
beliau langsung berjalan sendiri bolak-balik ke kamar daan keruang pustakanya
mencari litelatur buku-buku yang berkaitan dengan diskusi dan malah beliau sendiri
yang menjinjing buku tersebut ada yang dengan gardus dan ada pula yang
ditenteng.
Ingat
saya ketika tahun 1998 ketika saya bersilaturrahmi ke rumah guru saya
almukarram Arius Syaikhi tokoh ilmu falak sumatera Barat yang merupakan murid
dari Jamil Jambek orang tua dari Saadudin Jambek yang waktu itu juga dalam
kondisi sakit terbaring di tempat tidur. Tapi ketika saya buka topik diskusi
ilmu falak beliau langsung duduk dan malah mengambil litelatur ilmu falaknya
yang semua berbahasa Arab.
Sudah
kami nasehati agar jangan paksakan badan untuk bergerak, malah kata beliau;
“saya malah dengan kedatangan Hendri dengan wasek menjadi sehat”...Tunggu
sebentar kembali lagi beliau ke ruang pustakanya dan kemudian membawa buku
Kata
beliau ini saya wakafkan buku untuk pak wasek dan Pak Hendri
Kepada
saya diberikan satu buku berjudul “SANG NABIPUN BERPUTAR arah kiblat dan tataa
cara Pengukurannya” karya Muh. Maa’rufin Sudibyo serta 2 CD Maktabah
syamilah daan emcharta premium 2009,
sedangkan Hendriansyah, SH.MH di beri 2 buku yaitu:
1. Donal
Black : Karya dan Kritikan terhadapnya oleh Prof. Dr. Achmad ali, SH.MH.
2. Bunga
Rampai Bacaan Teori Hukum ( bundel III) Karya saduran oleh Prof. Dr. Achmad
ali, SH.MH dari buku asli LAW AND SOCIETY CRITICAL APPROCHES karya Prof. Gerald
Turkel.
Langsung
saya jawab “ajarakallahu fima a’thaitha wa barakallahu fima baqaita ( semoga
Allah memberi ganjaran pahala yang diberikan dan semoga Allah berkahi harta
yang tinggal)
Mungkin inilah salah satu rahasia yang terkandung
dalam hadits Nabi :
Artinya: Barang siapa yang ingin diberi rezki
Allah atau ingin dikayakan Allah dan
dipanjangkan umurnya hendaklah jalin silaturrahmi
Malah
dalam sejarah disebutkan bahwa nabi dalam sehari bersilaaturrahmi ketetangga
dan kerabat beliau lebih kurang 60
rumah.
Wallahua’lam
bissawab....