REWARD DAN PUNISHMENT
Irsyadi. M.Ag
Wakil Sekretaris PTA Palembang
Dalam sejarah adanya manusia Reward dan punishment menjadi tolak ukur perkembangkan peradapan manusia. Dalam dogma agama kita mengenal istilah dosa dan pahala. Dengan dosa dan pahala manusia berusaha mencari predikat terbaik bagi sang pemberi kebijakan yaitu sang Pencipta.
Menjalankan secara utuh aturan sang pencipta atau
melampui kewajiban (beyond the task load ) akan diberi ganjaran pahala dan
ditempatkan di surga sedangkan bagi mereka yang melalaikan atau menentang
kebijakan diberi ganjaran dosa dan ditempatkan di neraka.
Inilah contoh mudah memahaami Reward
dan punishment. Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode
dalam organisasi atau institusi sebagai cara untuk menggiring seseorang termotivasi
menjiwai dan merasa memiliki kepada institusi untuk melakukan kebaikan dan
meningkatkan skill-nya untuk mencapai prestasi diri dan prestasi institusi.
Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep
manajemen, reward bertujuan sebagai:
1.
untuk
peningkatan motivasi para pegawai.
2.
Membentuk
pribadi yang selalu melakukan kebaikan
3.
Mekanisme
dan sistem kerja di Suatu institusi berjalan sesuai aturan dan menjadi lebih
baik, karena adanya SOP yang jelas
4.
Menciptakan
kader yang memiliki insting untuk ber-inovasi
5.
Membentuk
pribadi yang selalu memiliki perasaan bahagia, enjoy serta menikmati
pekerjaannya.
6.
Melahirkan
ketauladanan dalam institusi.
Ketauladan dalan institusi
penting sebagai acuan prilaku yang akan bisa merubah sistim kepada yang lebih
baik. Badilag akhirnya menyatakan bahwa role model perlu diterapkan.
Role model yang didefinisikan sebagai
"person who serves as an example, whose behavior is emulated by
others". Dengan demikian, role
model adalah orang yang menjadi contoh, di mana perilaku orang
tersebut diikuti oleh orang lain. Dalam bahasa agama, role model setara maknanya
dengan uswatun hasanah atau teladan yang baik.
Merujuk kepada Permenpan No 53 Tahun
2011 tentang Pedoman Penjaminan Kualitas (Quality Assurance) dan Pedoman
Monitoring dan Evaluasi Reformasi Birokrasi, role
model merupakan agen perubahan (agent of change).
Tiga role model yang diterapkan Badilag
Badilag juga telah memiliki role model di bidang
pengembangan perilaku dan budaya kerja. Melalui sebuah Surat Keputusan, Dirjen
Badilag menetapkan tiga pejabat eselon II sebagai role model.
Mereka adalah Direktur Pembinaan
Tenaga Teknis Drs. Purwosusilo, SH., MH, yang sekarang sudah menggantikan
posisi bapak Wahyu Widiana, Sekretaris Ditjen Badilag Drs. H. Farid Ismail,
SH., MH, dan Direktur Pranata dan Tatalaksana Perkara Perdata Agama Drs. H.
Hidayatullah MS, MH.
Ketiga pejabat itu menjadi role model
untuk tiga aspek yang berbeda. Purwosusilo menjadi role model peningkatan profesionalisme, Farid
Ismail menjadi role model
peningkatan integritas, dan Hidayatullah MS menjadi role model peningkatan kejujuran.(hermansyah.
badilag). Perubahan terakhir terhadap role model ini penulis belum tahu persis
dengan pergantian posisi Bapak Dirjen.( hermansyah badilag)
Sementara punishment dimaknai sebagai hukuman atau sanksi. sebagai bentuk
reinforcement yang negatif, bila eksekusi secara tepat dan bijak bisa menjadi
alat motivasi . Tujuan dari metode ini adalah tidak lain hanya untuk menimbulkan
rasa tidak senang pada seseorang atau kamunitas tertentu agar tidak lagi
berbuat kesalahan dan kelalaian. Punisment ini dilakukan mesti mengandung
filosofi edukatif, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih
baik.
walaupun pada dasarnya keduanya berbentuk berlawanan namun kedua sistim ini merupakan reaksi pimpinan terhadap kinerja staf atau bawahan demi kelancaran dan kesuksesan sebuah institusi dan juga untuk melahirkan atau merubah karakter bawahan menjadi karakter yang berketauladanan. Oleh karena itu reward yang diberikan haruslah bersifat konkrit dan bermamfaat yang juga melahirkan efek jera, sedang punishment dilaksanakan dan diberikan harus bersifat keras dan tidak pandang bulu.
Untuk
menjadikan strategi ini sebagai cara yang efektif memang membutuhkan judgement
skill tersendiri dan itu tak bisa dicapai dalam sekejap mata seperti sang ulama
yang hanya sekejap mata memindahkan kerajaan ratu bulgis keistananya Nabi
Sulaiman. Mau tak mau, kita memang harus melakukan teknik Thomas Alfa Edison
dengan konsep trial & error . Namun, tentu ada cara agar ’percobaan’ yang
kita lakukan tidak terlalu banyak dan harus meminimilisir kesalahan. Dan
seorang Pemimpin kadangkala memang sulit untuk bertindak dan melakukan pilihan
seperti sulit nya menentukan pemain sepak bola terbaik dimuka bumi ini apakah
Johan Cruyff atau Maradona. Seorang muslim akan mudah menentukannya ketika dia
telah sujud dan melakukan ikhtiar.